Kamis, 29 April 2010

Blunder Hitung Kancing PSSI

PSSI benar-benar tidak bisa berkelit. Hingga empat Senin (5 hingga 26 April) yang mereka janjikan untuk segera memutus siapa yang berhak melaju ke babak delapan besar Divisi Utama, belum juga ditentukan. Persikabo kah atau PS Mojokerto Putra? (minggu ini CEO PT Liga Indonesia Joko Driyono berjanji akan memutuskan). Dua hari lalu (Rabu, 28/4) PT Liga Indonesia akhirnya mengurangi nilai Persikabo dan meloloskan PS Mojokerto Putra ke delapan besar Divisi Utama.

Gara-gara PSSI lama menghitung kancing, PT Liga Indonesia sebagai penyelenggara terpaksa harus memundurkan jadwal delapan besar yang semula direncanakan pada 28 April menjadi 18 Mei. Pasalnya, delapan besar tidak bisa terlaksana sebelum ditentukan delapan tim pesertanya.

Lepas dari sudah diambilnya keputusan, wajah PSSI di mata publik kadung memerah menahan malu. Betapa tidak, kasus pemberian sangsi yang diberikan FIFA terhadap Persikabo yang memutus kontrak Ndjee Bakene Noah begitu terang, tapi kenapa PSSI tak juga bisa menentukan sikap.

Dalam surat yang dikirim FIFA terpapar jelas hukuman yang harus diberikan pada Persikabo, yakni nilai Persikabo harus dikurangi 3 poin pada musim setelah jatuhnya sangsi (berarti musim ini). Kedua, Persikabo didenda sebesar 5 ribu franc. Ketiga, Persikabo harus membayar biaya administrasi sebesar seribu franc. Dan terakhir, Persikabo wajib membayar sisa kontrak Ndjee Bakene Noah sebesar Rp347 juta. Keterangan yang jelas dan tegas.

Hingga di penghujung kompetisi Divisi Utama musim ini (5 Maret 2010), tampillah Sekretaris Jenderal PSSI Nugraha Besoes. Ia bak pahlawan penyelamat Persikabo. Secara serampangan ia menyebutkan bahwa Persikabo sudah tidak perlu lagi dikurangi poinnya karena sudah membayar denda yang sudah disebutkan FIFA. Yang mencurigakan, pernyataan Kang Nug, sapaan Besoes, keluar sehari setelah petinggi Persikabo mendatangi PSSI.

Suara Kang Nug didukung Ketua Umum PSSI Nurdin Halid. Nurdin bersikukuh hukuman pengurangan nilai Persikabo sudah diberlakukan musim lalu. Padahal, semua penggemar Divisi Utama juga tahu, tidak ada pengurangan nilai musim lalu.

Jelas, PSSI ingin meloloskan Persikabo dengan tidak mengurangi poinnya musim ini sesuai apa yang diminta FIFA. Versi Besoes-Nurdin, Persikabo berada di urutan kedua Grup I dengan 35 poin dan lolos ke delapan besar.

Tapi Besoes lupa. Pernyataannya yang serampangan membuat rugi tim lain. Ya, di Grup III, PS Mojokerto Putra yang berada di urutan ketiga dengan 33 poin meradang. Jika aturan FIFA konsisten dijalankan, tim inilah yang akan lolos ke delapan besar karena mampu menjadi salah satu dari dua peraih urutan ketiga terbaik. Sebagaimana aturan liga, dua urutan ketiga terbaik akan lolos ke delapan besar.

Sedangkan Persikabo, walaupun berada di urutan ketiga di Grup I, tetap tidak lolos karena nilainya dikurangi menjadi 32 poin (dari 35 poin) karena hukuman FIFA. Poinnya masih lebih kecil daripada PS Mojokerto Putra (33 poin) dan Deltras Sidoarjo dari Grup II dengan 37 poin.

FIFA yang bermarkas di Zurich, Swiss, mencium ketidakberesan ini. Pada 15 April lalu, federasi yang menaungi cabang olahraga sepak bola di dunia ini mengirimkan telefax yang khusus ditujukan untuk Besoes bertajuk “Persikabo Decision” dengan nomor 090055 IDN ZH 2009.

Isinya menggegerkan: “Kami akan membekukan kegiatan timnas dan klub Indonesia dalam turnamen internasional bila tidak mengeksekusi pengurangan tiga poin terhadap Persikabo”.

Ancaman FIFA ini sebenarnya sudah diidam-idamkan pencinta sepak bola Indonesia menjadi kenyataan demi memperbaiki sepak bola dalam negeri. Isu pembekuan ini sebelumnya juga pernah diwacanakan saat pemerintah lewat mulut Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Lalu muncullah Kongres Sepak Bola Nasional yang hasilnya justru tidak maksimal karena pemerintah enggan mengambil risiko turun mengambil alih.

Kembali ke persoalan Persikabo, akibat isi surat yang sangat tegas dari FIFA, kontan PSSI dan PT Liga Indonesia kelimpungan. Beberapa kali PSSI, PT LI, Badan Peradilan, dan Komisi Legal bertemu memperbincangkan surat panas ini. Para petinggi sepak bola di Indonesia ini pun hingga tulisan ini diturunkan, belum juga bisa menentukan siapa yang berhak lolos ke delapan besar, Persikabo atau PS Mojokerto Putra.

Kuasa Hukum PS Mojokerto Putra Adianto Mudjiono yang sempat akan melaporkan ulah PSSI, lega dengan datangnya surat resmi dari FIFA. “Sejak awal kami yakin pembatalan hukum itu hanya akal-akalan PSSI. Sekarang terbukti, FIFA sudah memberikan peringatan agar pengurangan poin Persikabo harus dieksekusi musim ini. Padahal, kami belum sempat mengirimkan surat laporan kepada FIFA,” kata Adianto dikutip dari harian olahraga TopSkor, 19 April 2010.

Yang jadi pertanyaan, apa sulitnya menjalankan hukuman yang diberikan FIFA? Apa sulitnya memotong nilai Persikabo? Toh, Persikabo layak dihukum. Kenapa selama hampir sebulan PSSI dkk tak juga bisa mengurus hal sepele semacam itu? Pembaca yang budiman kiranya bisa menebak-nebak jawabannya.